Tuesday, June 22, 2021

Kata Dan Pembentukan Kata


 

Kata mempunyai dua aspek, yaitu aspek bentuk dan dan aspek makna. Aspek bentuk merujuk pada wujud visual suatu bahasa, sedangkan aspek makna merujuk pada pengertian yang ditimbulkan oleh wujud visual bahasa itu.

            Dalam bab ini akan dibicarakan masalah bentuk kata, baik yang menyangkut pengimbuhan maupun makna yang ditimbulkannya. Yang dimaksud dengan pengimbuhan dalam hal ini adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan imbuhan pada kata dasar atau bentuk dasar tertentu. Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia, paling tidak ada empat macam.

            Pertama, imbuhan yang terletak pada awal kata lazim disebut awalan (prefiks). Kedua, imbuhan yang terletak pada akhir kata lazim disebut  akhiran (sufiks). Ketiga, imbuhan yang terletak di tengah kata lazim disebut sisipan (infiks). Keempat, imbuhan yang terlatak secara bersamaan pada awal dan akhir kata lazim disebut gabungan imbuhan (konfiks).

 

            Beberapa contoh pemakaian imbuhan bahasa Indonesia seperti yang sudah disebutkan di atas dapat diperhatikan di bawah ini.

 

(1)   Awalan (Prefiks)

meN-         -----------------     menulis, melamar, memantau

di-              -----------------    ditulis, dilamar, dipantau

peN-          -----------------    penulis, penyanyi, peramal

ber-            -----------------    berkebun, bermain, bermimpi

se-              -----------------    serupa, senada, seiring-sejalan

 

 

(2)   Akhiran (sufiks)

 -an            -----------------               tulisan, tatapan, tantangan

- i               -----------------               temui, sukai, pandangi

- kan          -----------------               tumbuhkan, sampaikan, keringkan

 

(3) Sisipan (infiks)

-el-             ………  geletar, geligi, gelantung

-em            -           ………  gemuruh, gemetar

-er-                        ………  gerigi

-in-             ..........  tinimbang. kinerja

 

(4) Gabungan Imbuhan (konfiks)

 

ke- an        …………          kehujanan, kemajuan

se- nya       ......……           seandainya, sebaiknya

per - an      …………          perantauan, persimpangan

    

Selain dengan pengimbuhan, pembentukan kata dapat pula dilakukan dengan penggabungan antara unsur terikat dan kata dasar. Unsur terikat yang dimaksud di sini adalah unsur yang keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Dengan demikian, unsur itu selalu terikat pada unsur lain, misalnya swa-, pra-, dan pasca, sebagaimana yang terdapat contoh berikut.

 

Swa     -------------        swadaya, swasembada, swakarsa

Pra      -------------        prasejarah, prasarana, prasaran

Pasca  -------------        pascaperang, pascapanen, pascaserjana

 

Kaidah atau aturan pembentukan kata  dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolahpun tata cara pembentukan kata sudah diajarkan. Sungguhpun demikian, hal itu tidak berarti bahwa semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan bahasa kita masih sering dijumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah .

           Beberapa bentukan kata yang belum sesuai dengan kaidah pembentukan kata akan dibicarakan beturut-turut berikut ini.

 

(a)       Bentukan kata dengan imbuhan meN - (-kan) dan peN - (-an )

 

            Kata berimbuhan meN- (-kan) dan peN- (-an) yang pembentukannya tidak tepat

merubah, merobah, mengetrapkan, menterapkan, perobahan, pengetrapan, penterapan, pengelepasan, dan pengrusukan. Bentuk kata-kata tersebut dikatakan tidak tepat karena proses pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.

            Jika dilihat dalam kamus, khususnya  kamus bahasa Indonesia, kata robah dan rubah tidak akan ada, kecuali kata rubah yang berarti ‘binatang sejenis anjing’ (Canis vulpes). Kata yang akan kita jumpai di dalam kamus adalah kata ubah. Hal itu menunjukkan bahwa kata yang baku adalah ubah, bukan rubah atau robah. Kata dasar ubah jika diberi awalan meN-, bentukan katanya akan menjadi mengubah, bukan merubah atau merobah. Atas dasar itu, kata dasar ubah jika diberi imbuhan per-….-an, bentukannya akan menjadi perubahan bukan perobahan. Kemudian jika kata dasar ubah duberi awalan di- bentukannya akan menjadi diubah, bukan dirubah atau dirobah. Dengan demikian, bentukan kata dasar ubah yang baku dan yang tidak baku adalah sebagai berikut

 

                        Baku                                                   Tidak Baku

 

                        mengubah                                           merubah, merobah

                        diubah                                                 dirubah, dirobah

                        perubahan                                           perobahan

 

            Kata dasar trap didalam kamus bahasa Indonesia dirujuk silangkan dengan (cross refrence) dengan terap. Hal itu berarti bahwa kata dasar yang baku adalah terap, bukan trap. Oleh karena itu, jika diberi imbuhan gabungan meN-…..-kan, bentuk kata yang benar menjadi menerapkan, bukan mengeterapkan, mentrapkan, atau menerapkan. Karena fonem /t/ pada awal kata dasar luluh. Begitu juga jika ditambah dengan gabungan imbuhan peN- …….-an, bentuknya yang benar adalah penerapan, bukan pengetrapan, pentrapan, atau pentarapan. Dengan demikian, secara singkat, bentukan kata itu dapat dirangkum sebagai berikut

 

                        Baku                                       Tidak baku

                        menerapkan                            mengetrapkan, mentrapkan, menterapkan

                        penerapan                               pengetrapan, pentrapan, penterapan

 

            Kata penglepasan, oleh pemakai bahasa sering pula digunakan di samping kata pelepasan, tetapi keduannya diberi arti yang berbeda, kata penglepasan umumnya diberi makna ‘proses’ tindakan, atau hal melepaskan, sedangkan pelepasan diberi makna ‘anus’

            Jika ditinjau dari segi kata dasarnya, kedua kata tersebut sebenarnya dibentuk dengan imbuhan dan dengan dasar yang sama, yaitu peN-………-an + lepas. Sejalan dengan kaidah, imbuhan peN- tidak menjadi peng-, tetapi tetap menjadi pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawalan dengan /i/. Oleh karena itu, bentukan kata yang tepat adalah pelepasan, bukan penglepasan. Masalah kata itu mempunyai dua makna yang berbeda sebenarnya tidak perlu dipersoalkan karena konteks pemakaiannya akan menentukan makna yang sama yang dimaksud. Jadi, untuk membedakan makna itu pemakaian bahasa tidak perlu membentuk kata itu dengan menyimpangkan dari kaidah.

            Berbeda dengan kata perusakan dan pengrusakan tidak digunakan untuk menyatakan makna yang berbeda, demikian pula halnya dengan kata perajin dan pengrajin, kata dari kedua pasang kata itu, kita tahu, berawal dengan fonem /r/. Dalam kaitan itu, jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawalan dengan /r/ imbuhan pe- tidak berubah menjadi peng-, tetapi tetap menjadi pe-. Atas dasar itu, bentukan kata-kata tersebut yang tepat adalah perusakan dan perajin, bandingkan dengan kata-kata tersebut, yang baku dan yang tidak baku, dapat dirangkaikan seperti berikut.

 

Baku                                       Tidak Baku

 

pelepasan                                penglepasan

perusak                                    pengrusak

perusakan                                pengrusakan

perajin                                     pengrajin

 

 

(b)   Bentukan Kata dengan Imbuhan di-…-kan

Bentukan kata dengan imbuhan di-…-kan belum seluruhnya benar. Beberapa bentukan kata dengan imbuhan itu yang belum benar adalah bentukan kata seperti diketemukan, dikemanakan, dikesayakan.

Bentukan kata diketemukan tidak dibentuk secara benar karena kata dasarnya adalah temu, bukan ketemu. Jika bentuk kata dasar itu (temu) dirangkaikan dengan gambungan imbuhan di-…-kan bentuk yang tepat adalah ditemukan bukan diketemukan. Sementara itu, dua kata yang lain yaitu kebapakan dan dikesanakan, tidak benar karena bentukan kata itu tidak berstruktur bahasa daerah khususnya bahasa Sunda. Jika digunakan dalam bahasa Indonesia struktur bahasa itu harus diubah menjadi.

 

(diberikan) kepada saya, dan (diberikan) kepada bapak.

(diserahkan) kepada saya, dan (diserahkan) kepada bapak.

 

 

(c)        Bentukan kata dengan imbuhan –ter

Dalam pemakaian bahasa Indonesia orang sering memakai bentukan kata yan berimbuhan ke- sebagai padanan kata yang berimbuhan ter- misalnya pada kalimat berikut.

 

(1)   Saya nyaris ketabrak motor.

(2)   Bangunan itu rusak karena ketimpa pohon.

 

Bentukan kata ketabrak dan ketimpa pada kedua kalimat itu merupakan bentukan kata yang tidak baku karena bentukan kata itu berstruktur bahasa daerah. Bentukan baku dalam bahasa Indonesia adalah dengan menggunakan imbuhan ter- sehingga kedua kata itu menjadi tertabrak, tertimpa, bukan ketimpa dan ketabrak. Kata lain yang sepola dengan kata itu antara lain adalah ketubruk, kesandung, ketangkap.

 

Berbeda dengan itu, imbuhan –wan lazim digunakan pada bentuk dasar yang berakhir pada vokal yang lain namun kehadiran imbuhan ini tampak produktif. Tidak tertutup kemungkinan bahwa imbuhan itu dapat menggunakan bentuk dasar yang berakhir dengan  vokal /i/, misalnya.

                 modernisatie, modernization     -----------------  modernisasi

                 normalisatie, normalization      ----------------   normalisasi

                 legalisasi, legalization      ----------------------   legalisasi

                 neutralisatie, neutralization      ---------------   netralisasi

 

Contoh tersebut mempelihatkan bahwa imbuhan –isasi tidak diserap secara terpisah atau tersendiri, melainkan diserap secara utuh dan beserta bentuk dasar yang dilekatinya. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa dalam bahasa Indonesia kata modernisasi, misalnya tidak dibentuk dari kata modern dan imbuhan -isasi itu diserap secara utuh dari kedua bahasa itu modernisasi dan modernization.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1989b. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Cetaskan ke-4 Jakarta. MSP.

Keraf Gorys. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1987a. Pedoman Umum Ejaan Bahasa        Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1987b. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .1989. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.            Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia.          Jakarta.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon