Monday, June 21, 2021

Ejaan Dan Tanda Baca Dalam Bahasa Indnoesia

 

Ejaan dan tanda baca ini sangat perlu diperhatikan terutama sekali pada kegiatan menulis. Penulis hendaknya mencermati ketentuan-ketentuan yang sudah  dikemukakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berkaitan dengan pemakaian ejaan, yang perlu dicermati adalah bagaimana penulisan huruf  dalam kata atau kalimat, sedangkan yang berkaitan dengan tanda baca yang perlu dicermati adalah bagaimana tanda-tanda baca yang seharusnya dipakai, misalnya tanda baca titik (.), titik koma (;), tanda (seru (!) tanda garis miring (/) dan lainnya. Untuk itu, dalam uraian di bawah ini dikemukakan penjelasan ejaan dan tanda baca beserta contohnya.

1. Huruf  Kapital

Huruf kapital dipakai sebagai:

  1. huruf pertama petikan langsung. Misalnya, Menteri Budiono mengatakan, “Perekonomian dunia kini belum sepenuhnya lepas dari cengkeraman resesi dunia”.
  2. huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya, Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Quran, hamba-Nya.
  3. huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya :

            Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Lalu Srinata.

  1. huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:

            Profesor Supomo, Sekretaris Jenderal Pendidikan Nasional, Gubernur Irian Jaya.

  1.  huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya : bangsa Indonesia, suku Sasak, bahasa Jawa.
  2. huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

            tahun Hijriah, hari Lebaran, Agustus, Senin, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

  1.  huruf pertama nama geografi. Misalnya :

            Asia Tenggara, Bukit Tinggi, Kali Jangkuk, Selat Lombok, Jazirah Arab, Terusan   

            Suez

  1. huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata sambung seperti dan, atau, untuk. Misalnya :

Republik Indonesia, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak.

  1. huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya:

            Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar  

            Republik Indonesia.

       y.  huruf pertama semua kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam nama     

            buku, majalah surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, yang,    

            untu yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:

            Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Sinar Pembaharuan, Lombok Post,  

            “Asas-Asas Hukum Indonesia”.

  1.  huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan  sapaan. Misalnya:

       Dr.  …….      doktor

       M.A.         Master of Arts

       S.E.           Sarjana Ekonomi

       Prof.         Profesor

       Ny.           Nyonya

       Sdr.           Saudara

  1. huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti : bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman yang diapakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya:

            Surat Saudara sudah saya terima.

            Besok Paman akan datang.

            Para dosen mengunjungi Bapak Hasan.

  1. huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

      Surat Anda sudah kami terima.

 

2. Huruf  Miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk :

  1. menuliskan nama buku, majalah surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:

             majalah Basis, buku Negarakertagama, Surat Kabar Lombok Post.

  1. menegaskan atau menghususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata. Misalnya :

            Huruf pertama kata abad adalah a.

            Bab ini tidak membicarakan huruf kapital.

  1.  menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan yang asing kecuali yang disesuaikan ejaannya. Misalnya:

            Nama ilmiah buah manggis ialah Garnicia mangostana.

            Politik devide it impera pernah merajalela di Indonesia.

 

3. Penulisan Kata Ulang

a.       Pengulangan Kata Dasar

Misalnya :

Anak-anak, sekolah-sekolah, tinggi-tinggi

 

b.      Pengulangan Kata Berimbuhan

Misalnya :

Berkejar-kejaran

didorong-dorong

sayur-sayuran

 

c.   Pengulangan Gabungan Kata

Misalnya:

meja-meja tulis                  bukan  ----       meja tulis-meja tulis

buku-buku gambar            bukan  ----       buku gambar-buku gambar

rumah-rumah sakit            bukan  ----       rumah sakit-rumah sakit

 

c.       Pengulangan Kata yang Berubah Bunyi

      Misalnya :

 

      sayur-mayur

      lauk-pauk

      ramah-tamah

 

Perhatikan pemenggalan kata ulang

 

             Selambat-lambatnya

                berhati-hatilah

Bukan

      Selambat- lam-batnya

         berhati-hati-lah

 

d.      Penulisan Gabungan Kata

      Misalnya :

      limbah industri      bukan  ---- limbahindustri

      kotak pos               bukan   ---  kotakpos

      daur ulang             bukan   ---  daurulang

 

      Ada gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata.

      Misalnya :

      daripada, matahari, padahal, sekaligus, saputangan, bilamana.

 

            Ada lagi gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh.

Misalnya :

nonteknis, non-Amerika, antar-SMA, antargugus

 

            Kalau gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya harus serangkai.

Misalnya :

Pertanggungjawaban, diujicobakan, disalahgunakan

 

 

4. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

a.       Lambang bilangan dituliskan dengan angkajika berhubungandengan ukuran (panjang, Luas, isi, berat) satuan waktu. Nilai uang atau yang dipakai menandai nomor jalan, rumah,kamar, kamar pada alamat yang bukan pada dokumenresmi.

Misalnya

5 sentimeter

10 meter persegi

25 liter

30 kilogram

1 jam 15 menit

Rp5.000,00

Jalan Papandayan.II

Nomor 14

 

b.      Bilangan  dalam perincian dituliskan dengan angka.

Misalnya.

Menurut catatan, jumlah pasien yang  datang ke Puskesmas kemarin ada 15 orang, yaitu: 7 orang  penderita sakit gigi, 5 orang penderita sakit mata, dan 3 orang penderita sakit kulit.

 

c.       Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyatakan lebih dari dua angka dituliskan dengan angka.

Misalnya:

Panitia sudah menyediakan dua bus untuk  keperluan karyawati  

Calon mahasiswa sudah terdaftar tiga ribu orang. Ada 28 oang yang telah mendaftarkan diri sebagai peserta seminar.

 

d.      Lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan huruf.

Misalnya:

Sepuluh karyawan teladan memperoleh piagam dari pemerintah.

 

e. Kata bilangan yang mendapatkan akhiran –an penulisannya sebagai berrikut.

Misalnya:

80-an atau delapan puluhan

5.000-an atau lima ribuan

 

f. Bilangan yang ditulis dalam dokumen resmi, seperti akta, kuitansi, wesel pos, dan cek dapat menggunakan angka dan huruf sekalian. Agar tidak terjadi tindakan kriminal dari orang yang tidak bertanggung jawab.

Misalnya:

Telah dijual tanah seluas 2000 (dua ribu) dengan harga Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)

 

g. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan sebagai berikut

 Misalnya:

Hari Ulang Tahun XLV Republik Indonesia

Hari Ulang Tahun ke-45 Republik Indonesia

Hari Ulang Tahun Keempat Puluh Lima Republik Indonesia.

 

6. Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda Koma

1)      Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau   

      pembilangan.

      Misalnya:

                      Kini kita memerlukan karyawan yang terampil, disiplin, dan jujur.

 

2)      Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara berlawanan yang satu

      dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi.

      Misalnya:

                       Tini tidak pergi kuliah, tetapi mengantar ibunya ke pasar.

                       Ia bukan mahasiswa, melainkan pegawai bank.

    

 

3)      Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang  mendahului induk kalimatnya.

      Misalnya:

                       Karena sakit, ia tidak mengikuti karya wisata ke Bali.

 

4)      Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkkapan penghubung antarkalimat.

      Misalnya:

              Oleh karna itu, Sehubungan dengan itu, Jadi, Pertama, Kedua,                   

              Selanjutnya, Namun, Lagipula, Meskipun demikian, Sebenarnya,

              Kalau begitu,  Selain itu, Bahkan,  Kemudian, Sebaliknya,                  

              Misalnya, Akhirnya, Sebagai simpulan,

 

5)      Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seperti wah, ah, aduh, kasihan, O, dan ya.

      Misalnya:

    Wah, lebih banyak lagi limbah yang ditimbulkan oleh manusia.

 

6) Tanda koma digunakan antara nama dan alamat, tempat dan tinggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

         Misalnya :

 

(1)  Jakarta, 9 Desember 2008 

(2) Jalan Pendidikan 1, Duren Sawit, Jakarta Timur

(3) Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

(4) Jakarta, Indonesia

 

(7) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademikyang  mengikutinya

Misalnya

Hendro, M.A.

Hendarto, S.H.

Tini Sudaryo, M.Sc.

 

(8)   Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan lambang dan keterangan aposisi.

Misalnya:

(1)   Rektor Universitas Terbuka, Prof. Dr. Setijadi, mengatakan bahwa banyak dosen ketinggalan pengetahuannya.

      Pada bulan yang lalu, kalau tidak salah, dia pergi ke Pekan Baru.

 

 

(9)   Tanda koma tidak digunakan pada kalimat yang mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

Ia terpaksa membatalkan rencananya untuk berkunjung kepada saudaranya di Menado karena  harus

Menyelesaikan pekerjaanya pada hari itu juga.

 

b.      Tanda titik koma

2)      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Misalnya

Kegunaan kelapa banyak sekali, yaitu daging buah;

Dapat dibuat minyak goreng; sabut kelapa dapat dibuat tali sikat, dan permadani kasa; tempurung kelapa dapat dijadikan kayu bakar atau gayung; pohonnya sendiri dapat dijadikan tiang rumah atau jembata

 

3)      Tanda titik koma dapat digunakan pada rincian ke bawah yang unsur-unsurnya berupa kelompok kata yang panjang atau berupa kalimat.

Misalnya:

a)      Ia tidak dapat menyelesaikan studi pada;      

      Waktunya karena istrinya sakit dan sudah lama dirawat dirumah    

      sakit;

b)       Pembimbingnya sedang bertugas keluarnegri;

c)      Ada data yang tercecer pada waktu rumahnya kebanjiran;

c.  Tanda Titik Dua

 1) Tanda titik dua digunakan pada kalimat lengkap, yang diikuti rincian berupa,

      kata atau frase, Misalnya:

      Syarat-syarat untuk dapat melamar menjadi pegawai negeri sipil, antara lain adalah sebagai berikut.

a.   Warga negara Indonesia;

b.   Berusia antara 18 dan 40 tahun;

c.    Tidak pernah dihukum;

d.  Bekelakuan baik;

e.  Berbadan sehat.

 

2)      Tanda titik dua tidak digunakan sebelum rincian yang merupakan pelengkap kalimat.

Misalnya:

Syarat-syarat untuk dapat melamar menjadi pegawai negeri sipil, antara lain, adalah :

a.       warga negara Indonesia;

b.      berusia antara 18 dan 40 tahun;

c.       tidak pernah dihukum;

d.      berkelakuan baik;

e.       berbadan sehat.

  

3) Tanda titik diganti dengan titik satu pada kalimat lengkap, yang diikuti dengan kalimat lengkap pula, dan tanda akhir rincian harus tanda titik.

Misalnya:

Syarat-syarat untuk dapat menjadi pegawai negeri sipil, antara lain, sebagai berikut.

a.       Pelamar adalah warga negara Indonesia.

b.      Pelamar harus berusia 18 dan 40 tahun.

c.       Pelamar tidak pernah dihukum.

d.      Yang bersangkutan harus berkelakuan baik.

e.       Yang bersangkutan berbadan sehat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1987a. Pedoman Umum Ejaan Bahasa        Indonesia                  yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1987b. Pedoman Umum Pembentukan        Istilah.                     Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .1989. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.                                Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia.                           Jakarta.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon