PENANTIAN
Apa kabar Engkau di sana?
Aku selalu berharap kebahagiaan selalu menyertaimu.
Perbedaan telah menunda kebersamaan, namun tak akan
lenyap bayangan saat ngiangku ketika waktu itu.
Saat kujatuhkan kepala di atas pundakmu, dengan
nyanyian-nyanyian sendu dan sentuhan tanganmu yang berulang kali mengusap
kepalaku.
Maafkan aku yang terkesan menjauh, namun rinduku
terlalu menyedihkan.
Menyaksikanmu terbaring tak terlihat dan menghayal
tanpa jejak adalah debu yang menyumbat mataku.
Menjauh dari persemayamanmu adalah pilihan.
Namun aku pun yakin, engkau lebih tahu.
Saat bisik
lirih yang ku titipkan di setiap sujudku, ada namamu yang kusebut.
Jika seorang datang padamu lalu bercerita tentang
jejakku di sini, maafkan atas air mata yang kau jatuhkan.
Jika karenaku engkau didakwa, sungguh... tak ada hal
yang paling menyedihkan selain berdrama di sini.
Sebagai seorang manusia yang terbentuk dari darah
dan dagingmu, kata maaf tak akan habis berdengung di mulutku.
Meski begitu, meski pijakan kita berbeda
Aku pun amat mengharapkan bisikan lirih darimu,
bisikan yang kau titipkan pada-Nya sebagai perisaiku di sini.
Ketahuilah, aku sedang berusaha menjalankan peranku
dengan sebaik-baiknya.
Meskipun banyak kesalahan yang mengkhilafkanku lalu
menyalahi peranku.
Aku di sini, untukmu...
Untukmu, yang kelak akan menggenggam tanganmu.
Untukmu, yang sedang menanti, saat tangan Tuhan merangkul
tanganmu dan tanganku.
Merindu dalam denting waktu, merindu dalam panasnya
air mata yang membasuh dan merindu dalam tegukan racun yang siap mencabutku
dari panggung sandiwara.
***E.W***