Thursday, June 28, 2018

Pendekatan Sosiolinguistik Dan Pendekatan Integral Dalam Bahasa


PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK DAN PENDEKATAN INTEGRAL DALAM BAHASA
 
PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu produk budaya manusia. Sebagai sebuah produk budaya, bahasa dituntut untuk selalu dinamis sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang ada pada masyarakat penuturnya. Dengan demikian, sebuah bahasa akan tetap adaptif terhadap kebutuhan komunikasi masyarakat pendukungnya. Selain mengemban fungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga merupakan sarana ekspresi dalam menuangkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep serta sarana transformasi atas nilai-nilai kebudayaan itu sendiri.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang serbamulti: multibahasa, multiagama dan multietnis dengan menggunakan satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah merekatkan semua kalangan dan menerima semua perbedaan kebahasaan dan kebudayaan daerah sebagai kekayaan kebudayaan nasional. Jaminan negara terhadap bahasa seperti telah terjabarkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 32 Ayat (1) dan (2), yang mendudukkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Dengan status demikian, nasionalisasi bahasa Indonesia semakin kukuh sebagai lambang jatidiri bangsa.

Seiring perkembangan zaman fenomena bahasa telah banyak dikaji oleh para ilmuan. Berdasarkan pengkajian tersebut melahirkan berbagai cabang-cabang ilmu bahasa seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, neurolinguistik, antropolinguistik, dan lain sebagainya. Penelitian feneomena bahasa turut mewarnai pembentukan tujuan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum bahasa.

Berbicara mengenai pengajaran bahasa maka tidak lepas dari apa yang disebut linguistik terapan (applied linguistic). Sosiolinguistik dapat dikatakan sebagai linguistik terapan. Hal ini dikarenakan kajian sosiolinguistik tidak hanya dari struktur intern saja melainkan telaah dari struktur ekstern. Salah satu diantaranya digunakan sebagai landasan pengembangan praktis pengajaran bahasa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka ulasan ini diberi judul Pendekatan Sosiolinguistik dan Pendekatan Integral dalam Pengajaran Bahasa.

PEMBAHASAN
A. Pendekatan Sosiolinguistik Dalam Pembelajaran Bahasa
Sosiolinguistik menelaah bahasa yang dipengaruhi oleh masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Spolsky (2010: 1) yang menyebutkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat sosial, antara penggunaan bahasa dan struktur sosial di mana pengguna bahasa hidup. Kelebihan sosiolinguistik terletak pada masalah-maslah yang ditelaah dalam kajian tersebut. 

Tujuh dimensi sosiolinguistik yang dipaparkan Chaer dan Agustina (2010: 5) telah dirumuskan pada tahun 1964, di University of California, Los Angeles sebagai masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik. Berikut uraian dari ketujuh dimensi tersebut.
1. Identitas sosial dari penutur.
2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi.
3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi.
4. Analisis singkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial.
5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran.
6. Tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan
7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

Selain itu sosiolinguistik mengajarkan bagaimana penggunaan bahasa itu secara aktual dalam komunikasi khususnya dalam pengajaran. Dengan demikian pengajaran bahasa memiliki kaitan yang erat dengan sosiolingusitik.Jika dilihat dari sudut objek kajian pengajaran bahasa erat sekali hubungnnya dengan linguistik, akan tetapi bila dilihat dari beberapa sudut yang lain keduanya menunjukkan beberapa titik perbedaan terutama jika ditinjau dari segi tujuan, metode dan sikap.

Pengajaran bahasa pada suatu negara atau suatu daerah merupakan suatu keputusan politik, ekonomi dan sosial. Ini yang disebut kebijakan pengajaran bahasa. Apabila secara politis telah ditentukan, bahasa apa yang harus diajarkan, dan kepada siapa bahasa itu harus diajarkan, maka langkah selanjutnya adalah bahan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya.

Para ahli bahasa tidak menjamin bahwa penemuan teoritis mereka akan berguna dalam pengajaran bahasa. Hal ini tercermin dari kontroversi pendapat mereka tentang peranan teori linguistik dalam pembelajaran bahasa. Ada dua kubu yang saling bertentangan. Yang pertama kontra dengan pendapat yang mengatakan bahwa teori mempunyai peranan dalam pengajaran bahasa. Pendapat ini dipelopori Robert Stokwell dan Sol saporta sedangkan yang kedua pro bahwa teori linguistik mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa tokohnya adalah S.Pit Corder ( melalui Wahab, 1998: 112-114)

Beralih dari kontroversi ini melalui berbagai kajian menunjukkan bahwa sumber yang paling kuat dan tepat untuk menentukan silabus pembelajaran bahasa adalah linguistik baik sebagai ilmu murni ataupun terapan. Melalui kajian ini penulis mendukung bahwa teori linguistik mempunyai peranan penting dalam pengajaran bahasa. Berawal dari sinilah akan diketahui nilai praktis seperti apa yang akan diberikan sosiolinguistik. Kita bisa melihat kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa melalui aplikasi linguistik, yakni bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan pembelajaran, silabus dan pelaksanaan pengajaran bahasa. Merujuk pendapat Parera (1989:11-13) bahwa terdapat tiga tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik dalam pengajaran bahasa sebagai berikut.

Kita bisa melihat kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa melalui aplikasi linguistik, yakni bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan pembelajaran, silabus dan pelaksanaan pengajaran bahasa. Merujuk pendapat Parera (1989:11-13) bahwa terdapat tiga tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik dalam pengajaran bahasa sebagai berikut.
1. Tahap deskripsi linguistik.
2. Tahap aplikasi kedua berhubungan dengan soal isi silabus.
3. Tahap kegiatan pembelajaran bahasa.

Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, hal itu akan dicontoh oleh anak didiknya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam konteks pembicaraan tertentu sangat penting dari sudut pandang linguistik.

Fungsi pendidikan bahasa dapat dibagi manjadi empat subfungsi antara lain :
(1) Fungsi integratif.
(2) Fungsi instrumental.
(3) Fungsi kultural.
(4) Fungsi penalaran.

1. Fokus Kajian Sosiolinguistik
Secara umum, bahasa dipahami sebagai sistem tanda arbitrer yang dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi antara satu sama lain. Dengan demikian, konteks sosial dalam penggunaan bahasa menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji. Menurut Chomsky, sosiolinguistik menyoroti segala yang dapat diperoleh dari bahasa, dengan cara apa pendekatan sosial dapat menjelaskan segala yang dikatakan dengan bahasa, oleh siapa, kepada siapa, pada saat kehadiran siapa, kapan dan di mana, atas alasan apa, dan dalam keadaan bagaimana.

2. Beberapa Pendekatan Ilmiah dalam Penelitian Bahasa
Ada beberapa pendekatan ilmiah yang menjadi pijakan dasar penelitian, termasuk dalam penelitian bahasa, sebagai berikut:
(1) Metode deduktif.
(2) Penjelasan probabilitas.
(3) Penjelasan fungsional
(4) Penjelasan genetis.

3. Cakupan Sosiolinguistik
Ada beberapa cakupan pembahasan dalam sosiolinguistik:
(1) Dialektologi dan sosiolinguistik.
(2) Retorika dan sosiolinguistik.
(3) Sosiolinguistik mikro dan makro.

B. Pokok Pembahasan Sosiolinguistik
Fishman (1971) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai kajian mengenai karakteristik ragam bahasa, fungsi bahasa, dan penutur bahasa. Menurutnya, ketiga faktor itu dapat berubah, saling berinteraksi, dan memodifikasi satu dengan yang lain dalam masyarakat bahasa. Ada empat jenis hubungan antara bahasa dan masyarakat (Grimshaw, 1971), seperti berikut: (1) bahasa menentukan masyarakat; (2) struktur sosial menetukan bahasa; (3) adanya co-variance antara fakta sosial dan fakta bahasa; (4) bahasa dan masyarakat ditentukan oleh faktor lain, seperti budaya, struktur abstrak, atau hakikat biologis.
1. Pendekatan dalam Sosiolinguistik
Setidaknya ada tiga pendekatan yang bisa dikemukakan di sini:
(1) pendekatan de Saussure.
(2) pendekatan Labov.
(3) pendekatan variasi stilistika.

2. Sosiolinguistik Mikro dan Sosiolinguistik Makro
Sosilinguistik mikro mengacu pada kajian mengenai gejala bahasa dalam konteks sosial yang ditandai oleh faktor-faktor makro yang tidak dapat tereduksi lagi. Tiga prinsip utama yang terdapat dalam hubungan interaksi antar individu dalam kelompok adalah sebagai berikut: (1) pencapaian interaksi dalam komunikasi; (2) akuisisi dan modifikasi kecakapan komunikatif; dan (3) sikap bahasa.

Adapun sosiolinguistik makro mengacu pada kajian mengenai fenomena sosiolinguistik yang mencakup variabel yang lebih besar, baik dalam jumlah populasi, wilayah penyebaran bahasa, maupun kontinuitas bahasa dari waktu ke waktu. Ada tiga utama yang patut diperhatikan dalam sosiolinguistik makro: (1) kontak bahasa; (2) konflik bahasa; (3) perubahan bahasa dan perubahan sosial. 
Pokok kajian sosiolinguistik dibagi menjadi dua, yaitu: mikrososiolinguistik dan makrososiolinguistik. Yang pertama mengacu ke kajian bahasa pada komunikasi antarpersonal (dari orang ke orang). Yang kedua itu merujuk ke kajian bahasa pada tingkat yang lebih tingi daripada komunikasi antarorang, yakni pada tingkat komunitas. Mikrososiolinguistik membahas tentang bentuk dan struktur bahasa di dalam kaitannya dengan komunikasi antarorang. Yang kedua membahas tentang kedwibahasaan (bilingualisme), komunitas diglostik, sikap bahasa, perencanaan bahasa, aksen, variasi bahasa, pemilihan bahasa, pemertahan dan pergeseran bahasa, bahasa dan pendidikan, dll.

C. Pendekatan Integral
A. Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari

Selain itu, Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inkuiri, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai berikut :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud, 1995:9).

Kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Untuk itu, dalam kurikulum pendidikan dasar, pembelajaran bahasa dianjurkan agar dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa yang mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan sastra Indonesia dapat dipadukan atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain seperti IPA, IPS, dan Matematika.

Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan. Terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan perkembangan kemampuan bahasa, pikiran bergantung kepada bahasa dan bahasa bergantung pada pikiran. Pandangan ini tidak meremehkan satu ragam bahasa, dialek, ataupun bahasa karena status sosial penuturnya. Pemakaiannya berkaitan erat dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Bahasa hanya merupakan bahasa jika merupakan keseluruhan. Selain itu, pembelajaran bahasa secara terpadu menaruh penghargaan terhadap bahasa dan dengan seksama meningkatkan penguasaan bahasa siswa.

Pandangan Whole Language tentang kurikulum menjelaskan bahwa karena bahasa paling mudah dipelajari jika disajikan secara utuh dan dalam konteks yang alamiah, maka keterpaduan merupakan prinsip kunci untuk perkembangan bahasa dan belajar melalui bahasa.

Dalam praktiknya perkembangan bahasa dan bidang studi merupakan dua pihak yang terpisah. Dalam hal ini Goodman dalam Akhadiah melihat bahwa guru harus melakukan tugas ganda. Mereka harus mengoptimalkan kesempatan siswa untuk menggunakan bentuk bahasa yang wajar pada waktu belajar IPA, IPS, Matematika, dan Sastra. Guru sekaligus menilai perkembangan bahasa dan perkembangan kognitrif. Kegiatan berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, dan berbicara dalam konteks penjelajahan benda, peristiwa, gagasan, dan pengalaman.

Untuk menerapkan pembelajaran terpadu, guru-guru yang berpandangan whole language kerap kali menciptakan unit tematik yang mungkin dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Keterpaduan bahasa adalah suatu pendekatan belajar dan cara berpikir yang menghargai keterhubungan dari proses bahasa itu seperti membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sebagai keterpaduan pembelajaran yang berarti dalam segala bidang studi.

Keterpaduan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keterpaduan sebagai keterpaduan intra bidang studi dan keterpaduan antar bidang studi.

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kegiatan berbahasa berdasarkan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar keterampilan berbicara maka ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi kegiatan tersebut tetap difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas berbicara.

Weaver (1990) menyatakan prinsip dan praktik whole language beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Whole language adalah suatu pandangan yang berakar pada kenvergensi antara berbagai disiplin yang mencakup psikologi kognitif dan teori belajar, psikolinguistik dan sosiolinguistik, antropologi dan filsafat, serta pendidikan. Whole language merupakan pandangan tentang anak dan cara mereka belajar

2. Pandangan whole language didasarkan atas observasi bahwa anak-anak berkembang dan belajar dengan lebih mudah bila mereka aktif mengikuti proses-proses belajar sendiri. Mereka akan lebih mudah menguasai berbagai konsep dan strategi serta konsep yang kompleks dalam menulis dan membaca, misalnya, bila mereka terlibat secara nyata dalam kegiatan membaca dan menulis teks yang sebenarnya betapapun singkatnya

3. Untuk memacu membaca dan menulis permulaan emergent reading and writing, whole language mencoba mencontoh strategi para orang tua yang dengan berhasil mendorong pemerolehan bahasa dan kemampuan baca tulis secara alamiah

4. Berdasarkan pengetahuan bahwa kemampuan baca tulis paling baik dikembangkan melalui penggunaan secara fungsional, maka pengalaman membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan diarahkan pada kegiatan bahasa nyata

5. Belajar dipacu melalui interaksi sosial.








Artikel Terkait


EmoticonEmoticon