Sunday, June 24, 2018

Konteks Dan Pragmatik


KONTEKS DAN PRAGMATIK

Tulisan yang bertajuk Konteks dan Paragmatik ini hanya sebuah upaya kecil yang mencoba menjawab beberapa pertanyaan, berkaitan dengan Konteks dan Paragmatik:
(1) apa itu pragmatic?
(2) apa itu konteks? dan
(3) mengapa konteks itu menjadi penting bagi pragmatik?
(4) bagaimanakah ciri-ciri konteks itu?

Mudah-mudahan uraian dalam tulisan yang sederhana ini dapat memberikan jawaban atas semua pertanyaan itu.

Konteks dan pragmatik ibarat ikan dengan air. Ikan tidak dapat hidup tanpa air, sebaliknya fungsi air tidak terlalu sempurna jika tidak ada ikan-ikan berenang dan hidup di dalamnnya. Itu berarti jika kita membicarakan pragmatik mau tak mau kita juga harus membicarakan konteks atau sebaliknya.

Untuk mengenal konteks ada baiknya terlebih kita segarkan kembali ingatan kita dengan mengetengahkan sebuah batasan pragmatik. Hal ini dianggap perlu karena memang pragmatik itu tak dapat dipisahklan dengan konteks. Perhatikan defenisi pragmatik berikut:
1) Pragmatics is the study of the relations between language and context that are basic to an account of language understanding (Levinson, 1983:21).
‘Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks sebagai dasar pertimbangan untuk memahami bahasa.’

Dari batasan di atas jelas sekali bahwa pragmatik itu memang harus mengkaji bahasa dan konteks secara bersamaan (tidak dapat dipisahkan) untuk memahami makna secara utuh. Kalau ada yang bertanya misalnya, bagaimana jika dalam kajian pragmatik itu, konteks kita abaikan saja? Jawabnya tentu tidak boleh, karena kalau itu dilakukan, berarti kajian tersebut sudah tidak dapat lagi disebut kajian pragmatik, melainkan kajian bahasa secara struktural, bukan secara pragmatis.

Kiranya batasan itu cukup untuk mengantar kita kepada pembahasan lebih lanjut mengenai konteks. Agar jelas apa yang dimaksudkan dengan konteks, berikut dikemukakan beberapa pendapat yang dikutip dari beberapa sumber yang berbeda.

Konteks dalam (sebuah wacana) pragmatik pada dasarnya merupakan ciri ekstralingual yang tidak boleh dianggap remeh, karena ia dapat melengkapi makna sebuah wacana tutur, maupun tulis. Perhatikan wacana dialog berikut:
Profesor         : berapa semalam mBa’?
MBa’              : Rp350,000,00 Pak, tapi dijamin Bapak pasti puas.

Dialog di atas konteks fisiknya tidak jelas di mana, karena itu dialog tersebut tidak dapat memberikan informasi yang cukup bagi pembaca, tapi yang pasti keduanya telah paham maksud pertanyaan dan jawaban yang ada. Kesalingpahaman di antara mereka, disebabkan mereka berdua berada dalam konsks fisik yang sama. Karena itu baik pertanyaan maupun jawaban tidak perlu berpanjang-panjang karena mereka sudah saling paham, meskipun hanya dengan pertanyaan dan jawaban yang secara lingual dianggap tidak memadai.

Konteks fisiknya, sang Profesor akan mengikuti seminar .… berada di depan resepsionis sebuah hotel dan MBa’ itu adalah sang resepsionis. Jadi, dapat dipastikan, bahwa sesuatu yang ditanyakan itu adalah kamar, dan sesuatu yang berharga Rp350.000,00 itu adalah harga kamar, tetapi seandainya yang bertanya itu seorang anak muda, dan pertanyaan itu ditanyakan di tempat prostitusi misalnya, maka dapat dipastikan makna dari dialog di atas akan menjadi lain.

Itulah salah satu penyebabnya maka konteks menjadi begitu penting untuk dilibatkan dalam sebuah tuturan, Monica Crabtree dan Joice Powers (ed., 1991:223) pada salah satu tulisan yang berjudul: Prgagmatics: Meaning and Context dalam The Language Files menegaskan, to fully understand the meaning of a sentence, we must also understand the context in which it was uttered.
“untuk memahami sepenuhnya arti dari sebuah kalimat, kita juga harus memahami konteks di mana (kalimat) itu diucapkan.

Pernyataan yang hampir sama dengan itu disampakan oleh Johns (1997) dalam Safnil (2000) Dia menjelaskan, bahwa: Context refers not only to the linguistic environment where a text exists, such as a textbook, novel or a journal, but also to nonlinguistic or non-textual elements that contribute to the situations in which the production and comprehension of the text are accomplished.
‘Konteks tidak hanya mengacu kepada lingkungan linguistik di mana sebuah teks berada, misalnya buku pelajaran, novel atau jurnal, tetapi juga untuk nonlinguistik atau elemen-elemen nontekstual yang berkontribusi pada situasi di mana produksi dan pemahaman teks seseorang dilakukan’.

2) Huang, (2007:13) dalam bukunya yang berjudul, Pragmatics, dengan nada yang agak ragu-ragu mengatakan, Context is one of those notions which is used very widely in the linguistics literature, but to which is difficult to give a precise definition.
 “Konteks adalah salah satu istilah yang digunakan secara luas dalam literatur linguistik, tetapi sulit untuk memberikan definisi yang tepat.

3) Selain itu, Jacob L. Mey (1993:38) dalam bukunya yang berjudul, Pragmatics an Introduction mendefinisikan konteks: the surroundings, in the widest sense that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of their interaction intelligible.
 ‘(konteks) adalah situasi lingkungan, dalam arti luas yang memungkinkan para peserta (partisipan) untuk berinteraksi dalam proses komunikasi, dan membuat ekspresi linguistik mereka dalam berinteraksi dapat dipahami.’

4) Meinhof dan Richardson (1994) mendefinisikan konteks sebagai berikut: Context can mean anything from a global social structure to immediate social situation or to the immediate textual environment of a text.
‘Konteks bisa berarti apa saja yang ada dari struktur sosial secara keseluruhan, baik yang langsung (berhubungan dengan) situasi social, maupun yang langsung (berhubungan dengan) lingkungan tekstual teks.’

5) Levinson (1983) menegaskan dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, bahwa context (in this book) includes only some of the basic parameters of the context of utterance, including participants, identity, role and location, assumptions about what participants know or take for granted, the place of an utterance within a sequence of turns at talking, and so on.
‘konteks hanya mencakup beberapa parameter dasar dari konteks ucapan, termasuk peserta, identitas, peran dan lokasi, asumsi tentang apa yang peserta ketahui atau mengambil untuk diberikan, tempat suatu ucapan dalam urutan berbicara bergantian , dan seterusnya’.
Dari batasan-batasan di atas semakin jelas, betapa pentingnya konteks dalam dalam kajian pragmatik.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon