CONTOH LAPORAN PENELITIAN TENTANG VARIASI BAHASA DI SALON LILIUM SPA
I. WAKTU
& TEMPAT PELAKSANAAN
Hari/
Tanggal : Rabu, 7 Mei 2017
Waktu : 12.00-selesai
Tempat : Salon Lilium Spa Jalan R. Panji
Anom Karang Buaya.
II. OBJEK
PENELITIAN
Objek
penelitian yang kelompok kami pilih adalah komunitas layanan kecantikan di
Salon Lilium Spa. Objek penelitian kami adalah tuturan antara pemilik salon
dengan pelanggan (peneliti), pemilik salon dengan karyawan, dan karyawan dengan
pelanggan.
III. PENGALAMAN DI LAPANGAN
Penelitian tentang variasi bahasa
ini adalah tugas mata kuliah Sosiolinguistik yang diberikan oleh Ibu Syamsinas
Ja’far,M.Pd. Kelompok kami terdiri atas lima orang anggota yang kami pilih
secara bebas. Kelompok kami menentukan variasi bahasa dalam transaksi layanan
perawatan kecantikan setelah berunding hampir seminggu. Kami berangkat ke
lokasi tujuan hari Rabu sekitar pukul 11.30 WITA, sebelumnya kami sudah
reservasi untuk pelayanan pukul 12.00 WITA.
Sebelum memasuki lokasi, kami
mempersiapkan ponsel untuk merekam suara. Proses merekam pada tahap pertama
ketika memilih paket perawatan berjalan cukup lancar, namun ketika pindah ke
ruang perawatan ternyata kami lupa menyalakan rekaman suara sehingga dialog
pada saat itu tidak terekam. Tetapi untuk dialog-dialog selanjutnya terekam
dengan baik, karena kami menyiapkan tiga ponsel untuk merekam.
Kelompok kami dibagi menjadi tiga
bagian, dengan tugas yang berbeda. Yaitu, merekam dialog antara pemilik salon
dengan pelanggan, pemilik salon dengan karyawan, dan karyawan dengan pelanggan.
Kami memilih paket perawatan spa
yang sedang promo dan memperoleh harga khusus untuk mahasiswa. Perawatan
tersebut antara lain pijat, lulur, scrub, facial, totok wajah dan masker
senilai Rp.45.000,00. Harga ini cukup terjangkau bila dibandingkan dengan biaya
perawatan di salon lain yang berkisar antara Rp.50.000,00 sampai Rp.70.000,00.
Pengalaman observasi ini bagi kami
sangat berkesan, karena selain menyelesaikan tugas Sosiolinguistik, kami dapat
menikmati waktu bersama dan perawatan kecantikan yang sebelumnya tidak pernah
kami lakukan.
Hal lucu dan berkesan lainnya adalah
kami berpura-pura tidak mengerti istilah-istilah perawatan dan mengajukan
berbagai pertanyaan sehingga menyebabkan pemilik salon dan karyawan sedikit
kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Dari pertanyaan-pertanyaan
pancingan tersebut, kami menemukan variasi bahasa yang hanya kita peroleh dalam
transaksi salon.
IV. DESKRIPSI
DATA
Dialog
antara pemilik salon dengan pelanggan
Pemilik
: Selamat datang.
Pelanggan : Iya.
Pemilik
: Siapa aja yang mau perawatan
? semuanya ?
Pelanggan
1 : Iya, bertiga aja
Pelanggan
2 : Di sini ada treatment apa aja
mbak?
Pemilik : Ini lulurnya ada Melati keraton,
Greentea ada Lavender
Pelanggan
2 : Oh iya kalau kita facial ?
Pemilik : Mau facial biasa atau facial nano?
Pelanggan
1 : Kalau facial nano berapa ?
Pemilik : Kalau facial nano 45 ribu kalau
yang untuk umum 55 ribu
Pelanggan
2 : Kalo’ facial nano tu kayak gimana
?
Pelanggan
1 : Ada anunya,,,daftar harganya ?
Pemilik
: Iya ,facial nano spray,tau
facial nano spray ?
Pelanggan
1 : Iya pernah, pernah denger aja
sih,tapi nggak terlalu ngerti
Pemilik : Pake alat sih,dibersihin dulu baru
di pake”in nano sama alat-alatnya. Kalau spa nya di sini satu paketnya itu 65
itu udah dapat massage, lulur scrub, totok wajah,sama berendem di air garem.
Pelanggan
1 : Itu berapa lama ?
Pemilik
: Satu jam
Pelanggan
1 : Oh satu jam, mau facial biasa apa
facial nano ?
Pemilik
: Spa aja mbak,pasti pada
keringatan kan ?
Pelanggan
2 : Iya, habis pulang kuliah.
Pelanggan
2 : Nyobain nano ato facial biasa ?
Pelanggan
3 : Spa aja dah
Pelanggan
1 : Ada daftar harganya ?
Pemilik
: Kebetulan ada tapi di buku
ini.
Pelanggan
2 : Kalo’ creambath-creambath itu ada
mbak ?
Pemilik : Ada tapi belum selese dibuat (
menunjukkan ke alat keramas ), creambathnya 30 ribu. Kalo’ mau mandi 2 kali
ayok itunya belum dipasang baru bukak soalnya.
Pelanggan
1 : Ada manicure padicure nggak?
Pemilik
: Ada
Pelanggan
1 : Berapaan ?
Pemilik
: Meni pedi 35 itu udah dapet
masker juga’
Pelanggan
2 : Apa bedanya meni sama pedi ?
Pemilik
: Kan kalo’ meni di tangan
kalo’ pedi di kaki
Pelanggan
2 : Oh meni tangan
Pemilik
: Tangannya itu 15 ribu (
menunjuk kepada harga manicure ), pedi itu 20 ribu
Pelanggan
1 : Kalo’ perawatan paling murah di
sini apa ?
Pelanggan
2,3 : Hahahaha
Pelanggan
1 : Nanya kan?
Pemilik
: Ndak papa semua kita santai,
meni pedi itu 15 ribu tangan , kaki 20 ribu. Kalo’ apa namanya? Eee facial
biasa 30 ribu kalo’ facial nano itu 45 ribu untuk mahasiswa kan, mending
massage saya kasih 45 biasanya harganya 65.
Pelanggan
2 : Massage itu
Pemilik
: Spa
Pelanggan
2 :
Spa, tapi ndak termasuk ini ya
Pemilik
: Semua, sepaket itu
Dialog
antara pemilik dengan karyawan
Pemilik : Ini dah ditotok?
Karyawan : Yang itu sudah, ini belum.
Pemilik : Pakein satu sachet bagi dua
Karyawan : Iya Bu.
Dialog
antara karyawan dengan pelanggan
Pelanggan : Ini diapain mbak ?
Karyawan
: Ini dah yang namanya nano spray.
Pelanggan : Itu apanya ?
Karyawan : Ini spraynya.
Pelanggan : Bisa ngilangin jerawat nggak mbak ?
Karyawan : Bisa mbak, ini juga bisa buat ngecilin
pori–pori, mengencangkan wajah,
menghilangkan flek hitam dan bikin kulit tambah kinclong.
Pelanggan : Bisa langsung ilang nggak mbak jerawatnya
?
Karyawan : Bisa asalkan rutin perawatannya.
Pelanggan : Istilah meni pedi itu apa mbak ?
Karyawan : Meni itu tangan, pedi itu kaki. Saya
juga kurang tau si mbak, saya juga baru di sini.
Pelanggan
: Ini diapain mbak ?
Karyawan : Ini disrcub mbak.
Pelanggan : Terus diapain lagi mbak?
Karyawan
: Ini dibersihin kutikulanya.
Pelanggan
: Kutikula itu apa mbak?
Karyawan
: Kutikula itu kulit mati disekitar
kuku. Mau langsung pake kuteks?
Pelanggan
: Emang satu paket mbak sama
kuteksnya?
Karyawan
: Iya satu paket. Mau warna apa?
Pelanggan
: Yang bening aja dah mbak.
V. ANALISIS
DATA
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan
pokok dalam studi sosiolinguitik, sehingga Kridalaksana (1974) mendefinisikan
sosiolinguitik sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri
variasi bahasa dan menetapkan korelasi cirri-ciri variasi bahasa tersebut
dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Variasi bahasa adalah sekumpulan butir
atau bentuk bahasa yang memiliki distribusi (penempatan) sosial yang sama.
Ragam
bahasa yang kami teliti merupakan ragam bahasa kolokial. Ragam kolokial
merupakan ragam sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Selain
menggunakan ragam bahasa kolokial, komunitas yang kami pilih ini juga
memasukkan istilah-istilah asing yang sebagian besar berasal dari bahasa
Inggris. Selain itu penutur banyak menggunakan bentuk kata yang dipendekkan.
Walaupun penutur berasal dari Lombok, namun tidak terlihat dialek maupun unsur
bahasa daerah. Penutur dominan menggunakan bahasa Indonesia nonformal.
Seringkali didapati pula struktur morfologi dan sintaksis yang digunakan tidak
sesuai kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Kelompok kami memilih objek
penelitian komunitas salon karena kami merasa variasi bahasa di komunitas
tersebut menarik, cukup unik, dan belum pernah dilakukan oleh kelompok lain.
Pada awalnya, komunitas salon secara umun berlatang belakang sosial menengah ke
atas, namun pada saat ini setiap masyarakat dari berbagai latar belakang sosial
sudah bisa menikmati layanan salon dengan harga yang terjangkau.
Usia pelanggan secara umum juga
bervariasi, mulai dari remaja, mahasiswa, maupun orangtua. Jenis kelamin
pelanggan sebagian besar adalah wanita. Variasi bahasa yang digunakan dalam
transaksi adalah bahasa Indonesia tidak resmi, hal ini disebabkan karena
situasi dan kondisi yang santai dan tidak formal.
Hal yang menarik dalam variasi atau
ragam bahasa di salon adalah penggunaan istilah-istilah dalam bahasa asing,
khususnya bahasa Inggris. Istilah-istilah tersebut antara lain:
a.
Treatment
b.
Facial
c.
Rebonding
d.
Bleaching
e.
Hair extention
f.
Massage
g.
Toning
h.
Coloring
j.
Scrub
k.
Spray
l.
Smoothing
m.
Curly
o.
Blow dan lain-lain.
Istilah-istilah tersebut secara umum
hampir digunakan oleh sebagian besar salon di Mataram, khususnya salon wanita.
Walaupun ada juga beberapa salon yang mengunakan bahasa Indonesia secara utuh
dalam menyebutkan istilah-istilah layanan tersebut, tetapi jumlahnya sangat
sedikit. Kesimpulan ini diperoleh peneliti melalui observasi ke beberapa salon,
yaitu Ayodha, Diva, Lovely, Imelda, dan Willy salon.
Di dalam tuturan, penutur
menyisipkan istilah-istilah asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia tidak
resmi (santai). Variasi bahasa tersebut dapat diketahui baik dari bentuk
morfem, sintaksis, maupun wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal .Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad.(2011).
Metode Penelitian Bahasa.Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.
Djajasudarma,
Fatimah . Metode Linguistik . Bandung: PT. Refika Aditama.
EmoticonEmoticon