SEPERTIGA
MALAM
Ada saat, waktu mendiamkan diri
Bersembunyi di balik jarum jam
Berbicara pada jarum yang melangkah
Berharap dapat menelan seteguk aroma malam
Lalu, ada sepasang sayap melangkah ke jendela
Mengintip dari celah-celah
Terpesona melihat si makhluk
terpaku pada sehelai sajadah
Bagai irama klasik yang berdegup
Ketika daun yang basah menjatuhkan tetesan-tetesan
kecil
Lalu suara bisik-bisik kecil di balik jendela
Sebuah nyanyian yang liriknya telah bersemayam di
dalam jiwa
Mengisyaratkan kepatuhan pada sang Raja
Ketika si mahkluk sedang bercengkrama dengan Tuannya
Mahkluk putih bersayap, masih berdiri di dekat
jendela
Tak ada sedikitpun kedipan, hanya mata yang terfokus
pada satu titik
Di balik jendela lainnya, mahkluk bertanduk mulai
merangkak
Tersenyum sinis dari bilik-bilik hingga ke sudut
Ada mantra-mantara sunyi bersembunyi
Hinggap pada tiap pepohonan
Mendesau ketika angin malam keluyuran
Ada iblis dan malaikat bertemu
Pada jendela yang sama
Tatapan tajam menguat pada wajah keduanya
Saling mengutuk tanpa suara
Jarum arloji telah lama berjalan
Merambat pelan menghabiskan perjalanan
Memutar pada titik yang sama
Membawa kebosanan namun menghantui kerinduan
Sepertiga
malam
Saat sang waktu menidurkan diri
Beralih pada bunga-bunga malam
Ketika semua mata mengatup lalu terjatuh pada dunia
mimpi
Abstrak ... namun sang waktu ikut melompat ke
dalamnya.
Menjelajahi dan menuntun para pemimpi
Hingga sampai pada suatu masa saat sang waktu
terpanggil
Suara-suara yang menggema pada dentingan arloji
Suara-suara menggema di balik kubah-kubah masjid
Nyanyian-nyanyian suci terlantun
Ayat-ayat merdu ikut menuntun
Dan .. fajar telah tiba
Kelam berlalu ...
Saat, membawa cerita di sepertiga malam...
***E.W***